Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cheng Ho : Diplomatik Tiongkok dan Muslim

Cheng Ho, atau Zheng He, adalah salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah maritim dunia. Sebagai laksamana besar dari Dinasti Ming, ia memimpin tujuh ekspedisi maritim yang membawa Tiongkok ke puncak kekuatan laut pada awal abad ke-15. Namun, di balik kebesaran sebagai seorang navigator, Cheng Ho juga memiliki latar belakang yang menarik sebagai seorang Muslim, yang berperan penting dalam menjalin hubungan diplomatik, perdagangan, dan budaya dengan berbagai kerajaan di Asia dan Timur Tengah. Pembahasan mengenai Cheng Ho membuka wawasan tentang peranannya dalam memperluas pengaruh Tiongkok di dunia internasional serta jejak Islam yang ia bawa dalam perjalanan bersejarahnya.

Laksamana Cheng Ho

Masa Muda Cheng Ho

Cheng Ho, yang memiliki nama asli Ma He (馬和), lahir pada tahun 1371 di sebuah desa di provinsi Yunnan, Tiongkok, yang saat itu masih berada di bawah kekuasaan Dinasti Ming. Ia berasal dari etnis Hui, salah satu etnis minoritas Muslim di Tiongkok. Nama marganya, "Ma," merupakan nama umum di kalangan Muslim, yang merujuk pada "Muhammad." Ayah dan kakeknya, yang juga Muslim, dikatakan pernah melakukan ibadah haji ke Mekah, yang menunjukkan bahwa keluarganya memiliki hubungan erat dengan Islam.

Ketika Ma He masih kecil, pasukan Dinasti Ming menaklukkan Yunnan pada tahun 1381, dan ia ditangkap oleh pasukan Ming yang dipimpin oleh Jenderal Fu Youde. Setelah ditangkap, Ma He dibawa ke ibu kota dinasti di Nanjing dan dijadikan kasim (eunuch) di istana. Di sinilah ia melayani pangeran Zhu Di, yang kelak menjadi Kaisar Yongle, salah satu kaisar paling berpengaruh dalam sejarah Tiongkok. Melalui pelayanan di istana, Ma He tumbuh menjadi sosok yang cerdas dan berani, sekaligus memperoleh pelatihan militer dan navigasi.

Ketika Zhu Di naik takhta pada tahun 1402 dan menjadi Kaisar Yongle, Ma He dipercaya dan diangkat menjadi laksamana. Saat itulah ia diberi nama baru, Zheng He (Cheng Ho), dan memulai perannya sebagai komandan armada besar yang bertugas menjalin hubungan diplomatik dan perdagangan dengan berbagai negara melalui ekspedisi maritim yang dikenal sebagai Perjalanan Harta Karun.


Cheng Ho dan Ekspedisi Maritim

Cheng Ho (Zheng He) memimpin tujuh ekspedisi maritim besar antara tahun 1405 hingga 1433. Ekspedisi ini dikenal sebagai "Perjalanan Harta Karun" dan bertujuan menjalin hubungan diplomatik, memperluas perdagangan, serta menunjukkan kekuatan dan pengaruh Dinasti Ming di kawasan Asia dan sekitarnya.

Berikut rincian tujuh pelayaran Cheng Ho:

1. Pelayaran Pertama (1405–1407): Tujuan utamanya ke Asia Tenggara, India, dan Sri Lanka. Ini adalah pelayaran terbesar, melibatkan lebih dari 300 kapal dan 27.000 orang.

2. Pelayaran Kedua (1407–1409): Pelayaran yang lebih kecil dibanding yang pertama, dengan fokus pada wilayah Asia Tenggara dan India.

3. Pelayaran Ketiga (1409–1411): Cheng Ho kembali ke India dan Sri Lanka, dan sempat menangani konflik di Sri Lanka.

4. Pelayaran Keempat (1413–1415): Ini merupakan perjalanan penting karena armada Cheng Ho mencapai Teluk Persia dan Jazirah Arab.

5. Pelayaran Kelima (1417–1419): Kembali ke Timur Tengah, termasuk mengunjungi Hormuz di Teluk Persia dan pantai timur Afrika.

6. Pelayaran Keenam (1421–1422): Kembali mengunjungi daerah Timur Tengah dan Afrika Timur.

7. Pelayaran Ketujuh (1431–1433): Pelayaran terakhir yang mencapai pantai Afrika Timur, dengan kunjungan ke Mombasa (Kenya) dan kota-kota lain di wilayah tersebut.

Jalur Ekspedisi Pelayaran Cheng Ho

Sumber-sumber yang mendokumentasikan pelayaran Cheng Ho:

  1. Ming Shilu: Catatan resmi Dinasti Ming yang mencatat berbagai peristiwa penting, termasuk ekspedisi maritim Cheng Ho.
  2. Liu Yingsheng: Sejarawan Tiongkok yang mempelajari catatan pelayaran Cheng Ho dan mencatat rincian perjalanan yang dilakukan.
  3. Ma Huan: Seorang cendekiawan dan penerjemah yang ikut serta dalam beberapa ekspedisi Cheng Ho. Bukunya, Yingya Shenglan, mendokumentasikan pengamatan selama perjalanan.
  4. Fei Xin: Penulis Xingcha Shenglan, yang juga berpartisipasi dalam ekspedisi Cheng Ho dan memberikan catatan rinci mengenai pelayaran tersebut.
  5. Buku-buku sejarah modern seperti When China Ruled the Seas oleh Louise Levathes dan Zheng He: China’s Greatest Explorer, Mariner, and Navigator oleh Edward L. Dreyer memberikan gambaran terperinci tentang pelayaran-pelayaran tersebut.

Sumber-sumber ini mendokumentasikan perjalanan Cheng Ho yang monumental dan pengaruhnya terhadap hubungan antara Tiongkok dengan negara-negara di Asia, Timur Tengah, dan Afrika.


Cheng Ho dan Pengembaraan Ke Nusantara

Cheng Ho (Zheng He) melakukan perjalanan ke Palembang, yang terletak di Sumatra, Indonesia, sebagai bagian dari ekspedisi maritimnya yang lebih luas di Asia Tenggara dan wilayah sekitarnya. Terdapat beberapa alasan mengapa ia mengunjungi Palembang dua kali:

1. Hubungan Diplomatik: Cheng Ho diutus oleh Kaisar Yongle dari Dinasti Ming untuk menjalin hubungan diplomatik dengan negara-negara di Asia Tenggara dan India. Palembang merupakan salah satu pelabuhan penting di Selat Malaka, sehingga kunjungannya diharapkan dapat memperkuat hubungan antara Tiongkok dan kerajaan-kerajaan di wilayah tersebut.

2. Perdagangan: Palembang adalah pusat perdagangan yang strategis, terutama untuk rempah-rempah dan barang-barang berharga lainnya. Dengan mengunjungi Palembang, Cheng Ho berupaya untuk memperluas jaringan perdagangan Tiongkok, serta memastikan pasokan barang untuk pasar Tiongkok.

3. Misi Agama: Selain misi diplomatik dan perdagangan, Cheng Ho juga membawa misi untuk menyebarkan agama Islam. Dalam perjalanannya, ia sering berinteraksi dengan komunitas Muslim lokal dan mendirikan masjid, sehingga kunjungannya juga memiliki unsur penyebaran agama.

4. Keamanan dan Stabilitas: Kunjungan tersebut juga bertujuan untuk menjamin keamanan pelayaran dan perdagangan di Selat Malaka, yang merupakan jalur penting bagi perdagangan internasional saat itu. Dengan kehadiran Tiongkok, diharapkan akan ada stabilitas dan keamanan di wilayah tersebut.


Cheng Ho, Palembang dan Bajak Laut

Cheng Ho mengunjungi Palembang pada dua ekspedisi terpisah, yaitu selama perjalanan ke-1 (1405-1407) dan perjalanan ke-3 (1409-1411), yang menunjukkan pentingnya Palembang dalam konteks strategi maritim dan diplomasi Tiongkok pada masa itu.

Cheng Ho (Zheng He) juga memiliki peran penting dalam menumpas aktivitas bajak laut di Palembang, Sumatra, selama salah satu ekspedisi maritimnya pada abad ke-15. Salah satu misi yang dijalankan oleh Cheng Ho dalam perjalanan pertamanya pada tahun 1405-1407 adalah untuk menegakkan keamanan di wilayah Selat Malaka dan sekitarnya, yang merupakan jalur perdagangan utama.

Pada waktu itu, Palembang menjadi markas besar bagi bajak laut yang dipimpin oleh seorang bernama Chen Zuyi. Chen Zuyi adalah seorang bajak laut terkenal yang telah menguasai Selat Malaka dan merampok kapal-kapal dagang yang lewat. Aktivitas ini sangat merugikan perdagangan di kawasan tersebut, khususnya bagi kepentingan Dinasti Ming yang ingin memperluas pengaruh dan perdagangan melalui rute maritim.

Cheng Ho, dalam perjalanan pertamanya, dikirim oleh Kaisar Yongle tidak hanya untuk menjalin hubungan diplomatik tetapi juga untuk mengamankan jalur perdagangan dari ancaman bajak laut. Bajak laut yang diburu oleh Cheng Ho di Palembang adalah seorang tokoh bernama Laksamana Cheng Chih atau sering disebut Cheng Zhi. Dia dikenal sebagai seorang bajak laut yang meresahkan perdagangan di wilayah Selat Malaka dan sekitarnya.

Cheng Ho menghadapi Chen Zuyi (Laksamana Cheng Chih atau sering disebut Cheng Zhi) di pertempuran laut di Palembang. Dengan kekuatan armadanya yang besar dan terorganisir, Cheng Ho berhasil mengalahkan armada bajak laut Chen Zuyi. Setelah kekalahan itu, Chen Zuyi ditangkap dan dikirim kembali ke Tiongkok, di mana dia dieksekusi atas tindakannya.

Kemenangan Cheng Ho atas bajak laut di Palembang tidak hanya mengamankan jalur perdagangan di Selat Malaka tetapi juga memperkuat kekuatan Dinasti Ming di kawasan tersebut. Palembang, setelah kekalahan bajak laut, menjadi lebih aman bagi pedagang dan pelayar dari Tiongkok serta negara-negara lain di Asia Tenggara. Peristiwa ini menunjukkan peran penting Cheng Ho dalam menjaga stabilitas maritim dan memperkuat hubungan diplomatik antara Tiongkok dan kerajaan-kerajaan di kawasan ini.


Cheng Ho dan Masjid Cheng Ho Palembang

Salah kaprah yang sering terjadi terkait Masjid Cheng Ho di Palembang dan sosok Cheng Ho sendiri adalah asumsi bahwa Masjid Cheng Ho di Palembang dibangun oleh Cheng Ho selama ekspedisinya ke Indonesia pada abad ke-15. Faktanya, Masjid Cheng Ho di Palembang merupakan bangunan modern yang didirikan pada tahun 2006 oleh komunitas Muslim Tionghoa sebagai penghormatan kepada Cheng Ho. Masjid ini tidak ada hubungannya dengan ekspedisi Cheng Ho secara langsung.

Masjid Cheng Ho di Palembang tidak secara langsung dibangun oleh Cheng Ho (Zheng He) pada masanya, melainkan merupakan sebuah masjid modern yang didirikan untuk menghormati dan mengenang jasa serta warisan Cheng Ho, khususnya dalam kaitannya dengan komunitas Muslim Tionghoa di Indonesia.

Masjid ini dibangun pada tahun 2006 oleh komunitas Muslim Tionghoa di Palembang. Nama "Cheng Ho" diambil karena Cheng Ho, seorang laksamana Muslim dari Dinasti Ming, memiliki sejarah penting di wilayah Palembang. Ia dikenal karena menjalin hubungan diplomatik dan perdagangan di wilayah ini, serta membawa pengaruh Islam di sepanjang rute maritimnya, termasuk ke Palembang.

Meskipun Cheng Ho sendiri tidak membangun masjid tersebut, kehadiran masjid ini merupakan simbol penghargaan terhadap kontribusi Cheng Ho dalam mempererat hubungan Tiongkok dengan dunia Muslim dan dalam memperkenalkan Islam di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Desain arsitektur masjid ini juga mencerminkan perpaduan budaya Tionghoa dan Islam.

Sumber Tulisan

Sumber informasi mengenai Cheng Ho dapat ditemukan dari berbagai sumber sejarah dan kajian akademik, di antaranya:

1. Catatan sejarah Tiongkok: 
Catatan resmi Dinasti Ming, seperti Ming Shilu (Kronik Dinasti Ming), yang mendokumentasikan perjalanan Cheng Ho dan hubungan diplomatiknya dengan negara-negara asing.
2. Buku Sejarah dan Biografi: 
Zheng He: China's Greatest Explorer, Mariner, and Navigator oleh Edward L. Dreyer.
When China Ruled the Seas: The Treasure Fleet of the Dragon Throne, 1405-1433 oleh Louise Levathes.
3. Kajian tentang Islam di Tiongkok:
Buku-buku yang membahas tentang sejarah Muslim di Tiongkok, termasuk komunitas Hui, seperti Islam in China oleh Dru C. Gladney, yang membahas hubungan Cheng Ho dengan Islam.
4. Penelitian akademik dan jurnal ilmiah:
Jurnal sejarah dan studi maritim yang mengeksplorasi perjalanan Cheng Ho dan dampaknya di Asia Tenggara.
5. Arkeologi dan Nisan Cheng Ho:
Bukti fisik seperti nisan Cheng Ho di Nanjing, yang bertuliskan dalam huruf Arab, menjadi salah satu sumber penting tentang latar belakang keagamaannya.
6. Masjid Cheng Ho di Indonesia:
Informasi mengenai masjid-masjid yang didirikan sebagai penghormatan terhadap Cheng Ho, seperti Masjid Cheng Ho di Palembang dan Surabaya, juga merupakan sumber penting tentang warisannya di Asia Tenggara.

Sumber-sumber ini menjadi referensi utama dalam memahami peran Cheng Ho dalam sejarah dan hubungannya dengan Islam.

Daftar Pustaka

Dreyer, E. L. (2007). Zheng He: China’s greatest explorer, mariner, and navigator. Pearson Longman.
Levathes, L. (1994). When China ruled the seas: The treasure fleet of the dragon throne, 1405-1433. Oxford University Press.
Ma, H. (1970). Ying-yai Sheng-lan: ‘The overall survey of the ocean’s shores’ [1433] (J. V. G. Mills, Trans.). Cambridge University Press.
Gladney, D. C. (2004). Islam in China: State, society, and markets. Routledge.
Fei, X. (1996). Xingcha Shenglan: The overall survey of the star raft (J. V. G. Mills, Trans.). White Lotus Press.
Ming Shilu. (1974). Veritable records of the Ming dynasty. Zhonghua Book Company.
Sun, L. (2006). Zheng He and Islam in Southeast Asia: Evidence from Chinese Muslim sources. Journal of Southeast Asian Studies, 37(1), 1-21.
Wade, G. (2007). The Zheng He voyages: A reassessment. Journal of the Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society, 80(1), 37-58.

Video Ekspedisi Cheng Ho